Jangan Ucapkan 8 Hal Ini Kepada Ibu Hamil

Sebagai ibu hamil yang baru pertama merasakan kehamilannya, selain rasa suka juga pasti ada rasa khawatir dan cemas. Takut ini, takut itu, nanti seperti ini, & nanti seperti itu. Maklum, pengalaman masih sangat minim. Dan, semua ibu hamil pasti mengalami warna-warni rasa tersebut di kehamilan pertama.

Itu sebabnya jika memiliki teman atau kerabat yang saat ini sedang hamil, sebaiknya hindari mengucapkan kalimat-kalimat di bawah ini. Bukan karena ibu hamil itu sok manja apalagi melankolis, tapi memang biasanya kalimat-kalimat ini, yang lumrah diucapkan kepada ibu hamil, sebetulnya tidak baik bagi psikologis mereka.

Lalu, apa saja kalimat-kalimat yang sebaiknya tidak kita ucapkan kepada ibu yang sedang hamil?

1. Menceramahi berlebihan seolah ibu hamil tersebut adalah gelas kosong yang polos dan tidak tahu apa-apa

Menasihati karena ingin memberi informasi demi kebaikan sangat berbeda dengan menasihati dengan tujuan mempermalukan atau agar orang lain terlihat bodoh atau hanya untuk sekadar pamer ilmu.

Setiap ibu pastinya memiliki naluri keibuan. Jadi sebenarnya sudah fitrah jika setiap wanita yang sedang hamil akan berusaha memberikan yang terbaik pada buah hatinya. Bila pun kita ingin memberi informasi, cukuplah sesuai porsi, enggak perlu juga kan menceramahi berlebihan seperti ngajarin anak-anak.

Ada baiknya sebelum meng-input sesuatu, kita tanya dulu kondisinya seperti apa. Barulah setelah tahu, kita bisa menginformasikan hal yang terlewat padahal penting untuk bumil. Kalau tiba-tiba menceramahi bertubi-tubi rasanya kok kurang tepat ya. Ibu hamil kan bukan balita.

2. Membandingkan

Dalam hal apa pun, meski pembandingan tersebut tidak dimaksudkan untuk menyakiti, justru untuk memberikan gambaran kepada ibu hamil, tetap tidak boleh dilakukan. Sebaiknya tahan pembicaraan yang demikian. Di mana pun, dalam keadaan apa pun, pembandingan tetaplah sama; tidak solutif.

Bukan sebagai sebuah pembenaran jika bilang setiap ibu hamil punya kondisi berbeda karena kenyataannya memang seperti itu.

3. Selalu berkomentar yang tidak ada faedahnya

“Kok perutnya kecil amat?”
“Kok kegedean, sih,”
“Badanmu bengkak banget, ya,”
“Kok mamanya kurus? Anaknya sehat?”
“Kok gak mual muntah, jangan-jangan enggak hamil,”

Bagi seorang ibu yang baru saja hamil setelah sekian lama menunggu, jujur saja kalimat di atas bisa bikin worry (dari yang tadinya enggak mikir aneh-aneh).

4. Mengancam dengan mitos

“Jangan begini nanti begitu …,”
“Jangan anu nanti itu,”

Dan komentar semacamnya yang tidak berdasar.

Sekarang sudah banyak informasi yang mudah diakses. Sudah seharusnya setiap orang cerdas mengelola ucapannya karena mitos akan dengan mudah terbantahkan dengan ilmu pengetahuan yang makin berkembang pesat.

5. Kok hamil mulu?

Biasanya ditujukan untuk ibu hamil yang anaknya sudah banyak.

Memangnya kenapa kalau hamil lagi? Toh ada suaminya. Dan selama ibu hamil tersebut tidak mengganggu dan bertanggung jawab dengan keputusannya, kenapa orang lain yang sewot?

6. Pilih lahiran alami daripada operasi cesar

Pilihan melahirkan setiap orang berbeda-beda, tergantung kondisi kesehatan dan kedaruratannya saat itu. Mayoritas ibu hamil ingin melahirkan alami, tetapi jika saat itu dokter menyarankan untuk operasi karena kondisi yang tidak memungkinkan, maka inilah kehendak Allah yang berada di luar kuasa manusia.

7. Bisa hamil juga?

Pertanyaan demikian biasanya ditujukan untuk ibu hamil yang sudah lama menanti dan baru diberi amanah setelah bertahun-tahun kemudian.

Kehamilan adalah hak prerogatif Allah, tidak ada yang dapat mengatur kecuali Allah. Maka pertanyaan ini sungguh dapat menyakiti hati ibu hamil mana pun.

8. Mencela tanpa sadar

“Kok setiap kontrol enggak sama suami?”
“LDM pas hamil emang enggak ngeri?”
“Hati-hati lhoh, banyak suami yang selingkuh pas istrinya hamil,”

Entah apa manfaat berkomentar seperti itu.

Semua ibu hamil pastinya pengin dekat dengan suami alias enggak LDM, ingin setiap kontrol ditemani suami, atau yang serupa. Tapi jika kondisi tidak memungkinkan apa iya harus memaksa atau mengeluh. Jadi lebih baik didoakan daripada dikompori.

*Referensi: ummionline.com

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *