Perhatikan 6 Hal Ini Jika Ingin Berikan Makanan Selingan Untuk Anak

Di samping makanan berat/makanan inti 3x sehari, sediakan makanan ringan/camilan untuk anak. Sebab biasanya, anak cepat lapar apalagi jika ia aktif bermain ke sana-kemari.

Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di luar. Selain berhemat, tentu alasan utama adalah kesehatan dan kebersihan makanannya.

1. Aspek Gizi

Komposisi gizi tentu bergantung pada jenis atau bahan baku yang digunakan. Namun, umumnya makanan untuk anak banyak mengandung karbohidrat, karena bahan bakunya yang terutama dari tepung-tepungan atau biji-bijian.

Produk yang berasa manis, kadar karbohidratnya bertambah menurut gula yang ditambahkan. Sebaliknya, makanan yang dibuat dari tepung-tepungan atau biji-bijian biasanya kadar proteinnya rendah.

Produk makanan untuk anak yang dibuat dengan cara digoreng banyak mengandung minyak. Sebagai contoh, makanan ringan dari jagung yang digoreng akan mengandung karbohidrat 55%, protein 5%, lemak 35%, jumlah energi 110 kalori/20 gram.

Berdasarkan komposisinya yang rendah protein itu, makanan anak sebaiknya jangan dijadikan sebagai pengganti makan utama. Jadikanlah ia makanan selingan (snack) saja.

2. Aspek Keamanan

Yang terutama menjadi perhatian orangtua adalah aspek keamanannya. Aspek ini sangat ditentukan oleh bagaimana makanan dibuat, bahan yang digunakan, bagaimana ia dijual (dijajakan), dan sudah berapa lama dibuat. Oleh karena itu, sebenarnya tidaklah mudah menyatakan makanan tertentu aman atau tidak untuk dikonsumsi anak.

Kondisi sanitasi yang kurang baik pada saat makanan dibuat atau dijajakan dapat menyebabkan makanan tercemar mikroba atau kotoran yang selanjutnya membuat makanan tidak aman. Penggunaan bahan baku yang kurang baik juga demikian.

3. Pewarna Makanan

Pewarna yang boleh dan aman untuk makanan adalah pewarna alami atau pewarna sintetik yang diizinkan untuk makanan (food grade). Pewarna alami itu misalnya warna kuning dari kunyit, warna kuning dari telur, atau warna hijau dari daun pandan.

Pewarna alami biasanya punya warna tidak cerah dan mudah pudar saat dipanaskan. Ketersediaan pewarna alami juga sangat terbatas dalam jenis warnanya. Akhirnya, pewarna alami ini semakin tergeser karena tersedia pewarna sintetik yang murah, mudah digunakan, jenis warnanya banyak dan cerah, dan tidak pudar jika dipanaskan.

Yang menjadi masalah adalah jika pewarna sintetik yang digunakan ternyata yang tidak diperbolehkan (nonfood grade)—dan ini masih banyak terjadi. Dampak mengkonsumsi pewarna tidak aman ini memang tidak dapat langsung terlihat. Inilah yang mungkin menjadi salah satu sebab pewarna ini terus digunakan pada kue basah maupun makanan awet buatan pabrik meski peraturan pelarangannya sudah ada.

4. Pengawet

Bahan lain perlu diperhatikan adalah pengawet. Pengawet terutama digunakan pada kue basah agar tidak cepat basi. Jenis pengawet yang diperbolehkan sebenarnya banyak, misalnya propionat pada kue dan roti. Namun, sampai saat ini, ada produsen makanan yang menggunakan bahan kimia terlarang seperti boraks. Bahan kimia ini tidak aman dikonsumsi.

Penggunaan pengawet ini juga terkait dengan jumlah. Meski pengawet yang digunakan tergolong yang diperbolehkan, kalau penggunaannya melebihi batas yang diizinkan, dampaknya buruk juga terhadap kesehatan.

5. Vetsin

Bahan lain yang membuat khawatir orangtua adalah MSG atau vetsin sebagai penegas rasa gurih baik pada makanan yang awet maupun yang tidak. Ada kontroversi mengenai keamanan MSG; ada yang bilang aman, ada yang bilang tidak. Namun, sampai saat ini MSG masih diperbolehkan. Bahan semacam MSG juga banyak digunakan, antara lain inosinat dan guanilat yang juga memberi rasa gurih.

6. Pemanis Sintetik

Berikutnya, pemanis sintetik. Ia digunakan untuk mengganti gula pasir karena harganya yang lebih murah dan tingkat kemanisannya yang tinggi. Beberapa jenis pemanis sintetik diragukan keamanannya.

Secara umum, makanan untuk anak yang dihasilkan oleh pabrik semestinya aman dikonsumsi. Namun, orangtua sebaiknya memilihkan makanan untuk anak yang tidak banyak menggunakan pewarna, pengawet, atau bahan perasa sintetik.

Referensi: ummi-online.com

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *